Senadadengan itu, KHR Kholil As'ad selain menyerukan agar masyarakat Bondowoso untuk memilih pasangan Dhafir - Dayat. Selain itu, KH Kholil juga berpesan agar tidak ada yang melakukan hal negatif seperti mencela, black campaign, maupun menebar kebencian dalam mendukung Dhafir - Dayat. "Tidak boleh mencela, menghina calon lain.
61 KH. R. As'ad Syamsul Arifin Inisiator Pendirian NU 6.2 KH. R. As'ad Syamsul Arifin membesarkan partai NU 6.3 Berhasil mengembalikan NU kembali ke Khittah 1926 7 Karomah 7.1 Pejuang Kemerdekaan 7.2 Bisa Muncul di Banyak Tempat 7.3 Pasir Jadi Dentuman Senjata 7.4 Mecah Diri
KataGUS ULIN Wanita cuma butuh BPKB Jangan percaya kata I LOVE UMohon ma'af Apabila Kualitas Gambar dan Audio Kurang MemuaskanKritik dan saran sahabat semua
KiaiCholil tidak ingin diistimewakan. Ia ingin bersama dengan santri-santri yang lain. "Di Pesantren Bangkalan, benar memang aku ini kiai kamu, kamu santriku, tapi di sini sebaliknya, kamu sekarang kiaiku dan aku ini santrimu," tutur Kiai Cholil seperti dikisahkan Gus Muwafiq.
BagikanSekarang Jember — KHR Kholil As'ad, Pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo Situbondo, mengingatkan, ulama dan umara tidak bisa dipisah. Kiai Kholil mengibaratkan, ulama adalah antena bagi masyarakat. Menurut Kiai Kholil, kehadiran ulama dalam politik adalah demi memberi arahan antara yang baik dan benar.
KiaiAs'ad lahir di Mekah ketika Kiai Syamsul Arifin studi di sana. Dan Kiai Syamsul Arifin telah menghabiskan 40 tahun dari 110 tahun usianya di Mekah. Di Mekah, Kiai Syamsul Arifin berguru kepada banyak ulama besar seperti Syaikh Nawawi Banten (1813-1897 M.) yang 24 karyanya banyak dibaca di pesantren-pesatren Jawa dan Madura.
xVSvD. Tepat pada tanggal 27 Januari 1820 M atau tepatnya Selasa 11 Jumada ats-Tsaniyah 1235 H, Abdul Latif seorang Kyai Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan , ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan. Pada hari itu, dia mendapat karunia seorang putra yang diberi nama Muhammad Cholil. Syaikhona Cholil merupakan seorang ulama asal Madura yang hidup pada 1820 sampai 1925. Pada usia 24 tahun, Syekh Cholil menikahi Nyai Asyik, putri Lodra Putih. Mbah Cholil kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati karena memang dia masih terhitung keturunannya. Melawan Penjajah Kehidupan Syaikhona Cholil al-Bangkalani tidak lepas dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Kiai Cholil melakukan perlawan terhadap para penjajah di zaman kolonial dengan caranya sendiri. Dalam buku “99 Kiai Kharismatik Indonesia Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib”, KH A. Aziz Masyhuri menjelaskan, dalam melawan penjajah Kiai Cholil tidak melakukan perlawan secara terbuka tetapi ia lebih banyak berada di belakang layar. Syaichona Cholil adalah guru para ulama pejuang di pulau Jawa. Beberapa ulama pejuang yang pernah berguru kepada Syaichona Cholil antara lain, pendiri Nahdatul Ulama KH Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Bisri Mustofa, KH Nawawi, dan KH Asad Syamsul Arifin. Kiai Cholil berasal dari keluarga ulama dan keturunan wali sembilan. Ayahnya, Kiai Abdul Latif mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Para ulama nusantara kebanyakan pernah menjadi santri Kiai Cholil, termasuk pendiri Nahdlul Ulama NU, KH Hasyim Asy’ari. Riwayat Pendidikan Syaikhona Cholil Sejak kecil Muhammad Cholil dididik sangat ketat oleh sang ayah. Kebetulan juga Mbah Cholil di masa kecil sangat haus akan ilmu. Terutama yang berkaitan dengan ilmu Fiqh dan nahwu. Bahkan lebih istimewanya lagi ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Malik sejak usia muda. KH. Abdul Latif kemudian mengirim Mbah Cholil kecil untuk menimba ilmu yang lebih luas ke sejumlah pesantren. Awal pendidikan Mbah Cholil muda belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban , Jawa Timur. Setelah menimba ilmu dari Langitan Mbah Cholil pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian Mbah Cholil melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama menimba ilmu di pondok pesantren ini, Mbah Cholil belajar dengan Kyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, berjarak 7 kilometer yang harus ditempuh dari Keboncandi. Saat melakukan perjalanan dari Keboncandi ke Sidogiri, Mbah Cholil selalu membaca Surat Yasin. Mbah Cholil di masa muda memiliki keinginan untuk menimba ilmu ke Mekkah. Pada saat usianya mencapai 24 tahun, Mbah Cholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah setelah menikah. Untuk ongkos melakukan perjalanan bisa ia tutupi dari hasil kerja kerasnya menabung saat masih menyantri di Banyuwangi. Selama melakukan pelayaran menuju Mekkah, konon, Mbah Cholil berpuasa. Hal ini disebabkan bukan karena untuk menghemat uang, namun tujuan ini agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan agar selamat sampai tujuan. Guru KH Syaichona Cholil KH Syaichona Cholil pernah berguru kepada beberapa ulama baik di Indonesia maupun di luar negeri, di antaranya Abdul Lathif Ayahnya Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Nur Hasan di Pondok Pesantren Sidogiri, PasuruanSyekh Nawawi al-Bantani di MekkahSyekh Utsman bin Hasan Ad-DimyathiSayyid Ahmad bin Zaini Dahlan di MekkahSyeikh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki di MekkahSyeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani di Mekkah Murid-murid KH Syaichona Cholil Berikut merupakan murid-murid dari KH Syaichona Cholil yang tersebar di seluruh Indonesia Muhammad Hasan Sepuh – pendiri Pesantren Zainul Hasan Genggong, Hasyim Asy’ari – pendiri Nahdlatul Ulama, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Abdul Wahab Hasbullah – pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras, Bisri Syansuri – pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Manaf Abdul Karim – pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Ma’sum – Lasem, Munawir – pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bisri Mustofa – pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Nawawi – pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, Ahmad Shiddiq – pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, As’ad Syamsul Arifin – pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Asembagus, Abdul Majjid – Batabata, Toha – pendiri Pondok Pesantren Batabata, Abi Sujak – pendiri Pondok Pesantren Astatinggi, Kebunagung, Usymuni – pendiri Pondok Pesantren Pandian, Zaini Mun’im – Paiton, Khozin – Buduran, Abdullah Mubarok – pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, Mustofa – pendiri Pondok Pesantren Macan Putih, Asy’ari – pendiri Pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari, Sayyid Ali Bafaqih – pendiri Pondok Pesantren Loloan Barat, Ali Wafa – Tempurejo, Munajad – Kertosono, Abdul Fatah – pendiri Pondok Pesantren Al-Fattah, Zainul Abidin – Kraksaan, Zainuddin – Abdul Hadi – Zainur Rasyid – Kironggo, Karimullah – pendiri Pondok Pesantren Curah Damai, Muhammad Thohir Jamaluddin – pendiri Pondok Pesantren Sumber Gayam, Hasan Mustofa – Raden Fakih Maskumambang – Gresik Pahlawan Indonesia Sesuai dengan jasanya melahirkan banyak ulama dan pemimpin di Indonesia, beberapa tokoh mengusulkan KH Syaichona Cholil menjadi Pahlawan Nasional. Meskipun nama beliau sudah harum dan tidak memerlukan gelar dari manusia lagi.
Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya para kiai di Indonesia, terutama Jawa. Foto Istimewa via Bangkalan - Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan atau Syekh Kholil Bangkalan adalah mahaguru para ulama dan kiai di Indonesia. Dikatakan begitu, sebab beliau sukses mencetak banyak ulama yang berpengaruh di Nusantara. Beberapa murid beliau yang menjadi ulama masyhur di Indonesia antara lain Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH R As'ad Syamsul Arifin. Bahkan, ketiga murid Syekh Kholil Bangkalan ini dianugerahi gelar pahlawan nasional. Mbah Kholil, nama populer lain dari Syekh Kholil Bangkalan, lahir di Bangkalan pada abad ke-19. Mengenai tanggal lahirnya ditemukan beberapa perbedaan dari berbagai sumber. Mengenal Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar yang Khumul Ratusan Pelajar SMP dan SMA di Ponorogo Hamil di Luar Nikah, Begini Pandangan Islam 5 Etika Bermedia Sosial dalam Islam, Muslim Wajib Tahu Nih! Jika merujuk penelitian Muhaimin selaku Ketua Tim Peneliti Gelar Pahlawan Syaikhona Kholil yang dikutip dari situs resmi PCNU Sumenep, Mbah Kholil lahir pada 9 Shafar 1252 H atau 25 Mei 1835 di Kramat Bangkalan. Mbah Kholil berasal dari keluarga ulama. Beliau adalah putra dari KH Abdul Lathif yang masih ada pertalian dengan Sunan Gunung Jati. Ayahnya adalah putra dari Kyai Hamim, anak dari Kiai Abdul Karim. Abdul Karim adalah keturunan dari Kiai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Sejak kecil Mbah Kholil sudah haus akan ilmu agama, terutama Fikih dan Nahwu. Bahkan, beliau mampu menghafal bait nadzom Alfiyah Ibnu Malik sejak muda. Perjalanan pendidikan Mbah Kholil cukup panjang. Beliau berguru kepada ulama di Madura hingga Makkah. Beliau sangat bersungguh-sungguh ketika menimba ilmu hingga akhirnya menjadi ulama yang dihormati di Tanah Air. Saksikan Video Pilihan IniYayasan El Bayan Sayangkan Perusakan Masjid dalam Penyerangan SMK Komputama JeruklegiJaringan MuridPrabowo Subianto berdoa di makam Syaikhona Kholil Bangkalan saat maju sebagaj Capres pada Pemilu 2019 tayangan YouTube BKN PDI Perjuangan, keturunan Mbah Kholil generasi kelima, Lora Akhmad Kholily Kholil saat mengisi program Inspirasi Ramadhan Edisi Sahur bertajuk Inspirasi Keteladanan Syekh Kholil Bangkalan membeberkan tentang jaringan murid Mbah Kholil. Mbah Kholil memiliki murid yang tersebar ke berbagai penjuru Indonesia. Lebih dari 500 ribu orang di Tanah Air pernah berguru kepadanya. Maka tidak heran jika beliau disebut sebagai Pintu Gerbang’ para santri yang kemudian menyebarkan kembali ilmunya di daerah masing-masing. “Pengaruh Syekh Kholil tidak hanya dikalangan pesantren tetapi para negarawan, bahkan para founding father justru mengambil inspirasi dari Syekh Kholil Bangkalan,” tutur Lora dikutip Selasa 17/1/2023. Lora menerangkan, perjalanan dakwah Mbah Kholil patut diteladani meski tekanan demi tekanan pernah dihadapi oleh ulama kelahiran Bangkalan ini. “Beliau di masa hidupnya mendapat tekanan dari pemerintah Bangkalan agar ketika khutbah jumat dipaksa untuk memuji kerajaan bangkalan atau sesuatu yang mereka tidak miliki," katanya. Mbah Kholil tidak tinggal diam. Beliau melakukan perlawanan dengan cara membangun banyak masjid di pesisir Bangkalan. Setiap salat Jumat, beliau membuat satu teks khutbah Jumat yang akan disiarkan di masjid-masjid pesisir sejumlah turots atau Kitab peninggalan Syaikhona Kholil BangkalanSalah satu peninggalan yang masih dipelajari para santri adalah manuskrip kitab karangan Syaikhona Kholil. Ada sekitar 33 manuskrip kitab karangan beliau yang berhasil dilacak dan delapan kitab berhasil ditulis ulang dan diterbitkan dalam cetakan. “Inspirasi yang bisa diambil dari Syekh Kholil adalah kegigihan dan tidak kenal menyerah dalam menimba ilmu. Beliau bukan anak siapa-siapa, ayah Syekh Kholil bukan asli Bangkalan tapi pendatang. Namun kegigihan beliau sejak kecil dalam menimba ilmu di beberapa pesantren, menjadikannya sosok ulama besar dan ternama. Hingga akhirnya kegigihan beliau terbayar tuntas dengan memiliki santri-santri berbagai daerah,” pungkas Lora Syaikhona Kholil Bangkalan selalu ramai peziarahMbah Kholil wafat pada Kamis, 29 Ramadan 1343 H 1925 M di Martajasah Bangkalan, Jawa Timur. Ulama kharismatik asal Madura ini dimakamkan di Desa Martajasah, Kecamatan/Kabupaten Bangkalan. Sampai sekarang banyak umat Islam dari berbagai penjuru Indonesia yang berbondong-bondong ziarah ke makam Mbah Kholil. Mereka bertawasul dan berdoa di pesarean Mbah Kholil yang berada di sisi kanan masjid.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
kata kata kh kholil as ad